Senin, 03 Agustus 2020

10 Tahun Meninggalkan Shalat wajib dipukul

10 Tahun Meninggalkan Shalat wajib dipukul
10 tahun meninggalkan shalat wajib dipukul

بسم الله الرحمن الرحيم
قال المصنف رحمه الله تعالى
(ﻭَﻳُﻀْﺮَﺏُ)
Dan dipukul
 ﺃَﻱِ اﻟْﻤُﻤَﻴِّﺰُ
Maksudnya anak yang sudah tamyiz
 ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﺫُﻛِﺮَ
(Halnya dihukumi) wajib bagi orang yang sudah dituturkan.
 (ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ) ﺃَﻱْ ﻋَﻠَﻰ ﺗَﺮْﻛِﻬَﺎ 
Di atasnya. Maksudnya jika meninggalkan shalat
ﺿَﺮْﺑًﺎ ﻏَﻴْﺮِ ﻣُﺒَﺮِّﺡٍ 
(Halnya) pukulan yang tidak membuat bekas luka memar.
(ﻟِﻌَﺸْﺮٍ)
Karena (sudah berumur) sepuluh (tahun).

_Qultu : Jika anak sudah tamyiz dan sudah berumur 10 tahun, maka wajib bagi orang tua memukul si anak jika meninggalkan shalat, dengan pukulan yang tidak membuat bekas luka memar atau berdarah. Artinya jika orang tua itu tidak memukul maka orang tua itu berdosa. Ini bukan termasuk kekerasan terhadap anak di bawah umur, ini syari'at dan syari'at itu sesuai fitrah manusia._

 ﻷَِﻧَّﻪُ ﻣَﻈِﻨَّﺔُ اﻟﺒُﻠُﻮُﻍِ
Karena yang demikian adalah letak dugaan (sudah) baligh
 ﻓَﻴَﺠُﻮْﺯُ ﺿَﺮْﺑُﻪُ ﻓِﻲ ﺃَﺛْﻨَﺎءِ اﻟْﻌَﺎﺷِﺮَﺓِ
Maka boleh memukulnya pada pertengahan (usia) yang kesepuluh (tahun).
ﻭَاﻷَﺻْﻞُ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ
Dan asal (dalil) di dalam yang demikian itu adalah :
 ﻗَﻮْﻟُﻪُ 
Sabda Nabi
ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ
 ﻣُﺮُﻭْا ﺃَﻭْﻻَﺩَﻛُﻢْ ﺑِﺎﻟﺼَّﻼﺓِ
Perintahkan oleh kalian anak anak kalian mengerjakan shalat
 ﻭَﻫُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎءُ ﺳَﺒْﻊٍ
Ketika sudah berusia tujuh tahun.
 ﻭَاﺿْﺮِﺑُﻮْﻫُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻭَﻫُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎءُ ﻋَﺸْﺮٍ 
Dan pukul lah mereka jika meninggalkan shalat. Ketika mereka sudah berusia 10 tahun
ﻭَﻓَﺮّﻗُﻮْا ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﻓِﻲ اﻟْﻤَﻀَﺎﺟِﻊِ 
Dan pisahkan oleh kalian diantara mereka di dalam tempat tempat tidur.

_Qultu : Usia 10 tahun adalah letak dugaan sudah baligh, karena bisa saja umurnya belum sampai batas usia baligh (15 tahun) tapi si anak sudah mimpi. Maka perintah mengerjakan shalat harus lebih ketat dan tegas. Maka memukul disana dikarenakan orang tua sayang kepada anaknya, khawatir si anak meninggalkan shalat padahal sudah baligh sehingga si anak berdosa._

_Kitab Nihayatuz Zain. Syaikh Nawawi Al Bantani. Hal. 11._

Tidak ada komentar: